RSS
Facebook
Twitter

Senin, 28 Oktober 2013

(Book Review) Dollhouse


Judul       : Dollhouse
Penulis   : Kourtney, Kim, Khloe Kardashian
Penerbit : Esensi
Tebal      : 327 halaman

Novel ini ditulis oleh Kardashian Sisters, Kourtney, Kim, dan Khloe. Sepertinya persaudaraan merekalah yang jadi sumber inspirasi terciptanya tokoh Kassidy, Kamille dan Kyle Romero dalam buku ini. Hmm, isi buku ini pengalaman pribadi mereka? Bisa jadi.

David Romero--ayah Kass, Kam dan Kyle--tadinya adalah produser film Hollywood yang kaya raya. Setelah kematiannya dalam sebuah kecelakaan kapal, Kat, isteri David, menemukan bahwa David telah menginvestasikan semua kekayaan keluarga Romero pada seorang bankir. Sialnya, bankir tersebut ternyata penipu. 

Dengan demikian bangkrutlah para ahli waris David. Mereka harus pindah dari rumah mewah di Beverly Hills ke tempat yang lebih kecil di Los Feliz. Pesta, perhiasan, baju mahal, semua gaya hidup lux keluarga Romero tinggal masa lalu. Kat harus bekerja keras membangun usahanya, sebuah restoran bernama Cafe Romero, dari nol. 

Selain mengguncang perekonomian keluarga, kematian David juga meninggalkan luka kehilangan di diri ketiga puterinya, yang karakternya sangat berbeda satu sama lain. 

Kass, si sulung, terobsesi dengan rencana hidup dan perfeksionisme. Setelah lulus dengan nilai terbaik di sekolahnya, Kass kuliah di dua jurusan sekaligus dan berambisi lulus dengan summa cum laude. Kass juga bekerja keras membantu ibunya menjalankan usaha restoran. 

Sayang, perfeksionisme Kass tak menyentuh kehidupan cintanya. Percintaan terakhir—dan satu-satunya—Kass adalah dengan cowok culun teman sekolahnya bertahun-tahun lalu, yang tak masuk hitungan sebagai kenangan manis. Kass belum berminat mencari pasangan hidup, dan merasa terganggu oleh ibunya yang selalu cerewet berusaha menjodohkannya dengan beberapa lelaki.

Kamille, putri kedua, terobsesi pada kecantikan dan kemewahan. Dia menghabiskan limitkartu kreditnya untuk membeli baju, stiletto, dan membayar tagihan di spa Bogdana. Kam tidak suka harus berkeringat dan bekerja keras membantu ibunya di restoran. Walau tidak lancar berhitung dan otaknya tidak secemerlang Kass, Kam tahu bahwa dirinya layak untuk pekerjaan dan kehidupan yang lebih menjanjikan.

Kyle, si bungsu, terobsesi pada mendiang ayahnya. Setelah kepergian ayahnya, Kyle sedih dan marah. Dia melampiaskannya dengan membenci ibunya, kakak-kakaknya, dan seluruh dunia. Demi membuat keluarganya kesal, Kyle bolos sekolah, berdandan alaGothic, dan membawa teman-teman cowoknya yang selebor berkunjung ke rumah.

Mereka kehilangan sosok ayah yang menyatukan mereka sekeluarga. Hubungan antara mereka bertiga, juga hubungan antara mereka dan ibunya, seringkali sulit dan diwarnai pertengkaran. 

Seolah masalah keluarga mereka belum cukup, Kat menikah lagi dengan seorang duda, Beau Le Blanc, mantan atlet baseball terkenal, yang membawa serta kedua anaknya yaitu Benjamin (Benjy) dan Brianna (Bree). Belum lagi hadirnya Chase Goodall, atlet ganteng pacarnya Kam, yang punya aura playboy, menjadi sumber perseteruan sengit antara Kam dan Kass.

Kisah dipaparkan dari sudut pandang tokoh Kass, Kam, Kyle dan Kat, secara bergantian. Setiap tokoh menghadapi konflik yang berbeda, dan reaksi yang berbeda juga terhadap konflik itu. Meski begitu, sama sekali tidak terasa perbedaannya antara sudut pandang tokoh satu dengan yang lain. Saya ngga bisa merasakan ada empat orang—dengan kepribadian yang berlainan—yang bercerita di sini. Cerita Dollhouse lebih terasa seperti gaya penceritaan POV 3 biasa saja. Agak kecewa juga sih.

Selain itu, ada satu bagian cerita yang betul-betul mengganggu, ketika seorang detektif di Irvine menelepon Kat untuk memberitahukan bahwa ia menemukan dompet milik David, mendiang suaminya. Di sini, Kat baru ingat ada sedikit keganjilan di diri suaminya pada hari terakhir dia masih hidup.

Biasanya, David tidak pernah berlayar sendirian dan tidak pernah lupa membungkus barang-barang berharganya dengan kantong tahan air. Kapal yang dipakai David ditemukan remuk usai badai, tapi jasad David tidak pernah ditemukan.

Kenapa David berbuat di luar kebiasaan hari itu? Benarkah kejadian hari itu cuma kecelakaan? Atau... upaya bunuh diri, karena frustrasi dirinya bangkrut dalam sekejap? Benarkah David sudah meninggal? Tapi, mana mayatnya? Ini bisa jadi misteri yang sangat menarik di tengah cerita keluarga Romero yang dramatis ala telenovela. Tapiiii ternyata masalah dompet misterius cuma selesai nanggung sampai di situ! Bener-bener bikin kesal gara-gara penasaran. *gigit-gigit buku*

Yah, tapi di luar misteri yang setengah-setengah dan konflik keluarga Romero yang kayak opera sabun itu, saya lumayan menyukai ending cerita. Kass dan Kam akhirnya berbaikan karena hadirnya anggota keluarga baru di antara mereka, Kyle ‘menjinak’ karena ada Benjy mampu memahaminya apa adanya, Kyle juga tidak lagi berulah serampangan karena ingin menjadi contoh yang baik bagi adik tirinya, Bree. 

Keluarga Romero bahagia lagi.

Yah, konflik atau kebencian apapun tidak akan pernah cukup kuat untuk mengikis ikatan darah.  Mestinya begitu, kan?

I love this family thing. :D

0 komentar:

Posting Komentar