RSS
Facebook
Twitter

Senin, 29 Mei 2017

Cerpen Bahasa Indonesia

SALAH PERHITUNGAN

Siang hari di kota besar, rasanya seperti di neraka yang sangat panas, banyak asap kendaraan bermotor, di sana sini macet, sumpek, banyak polusi udara. Rasanya seperti dipanggang di dalam oven bersuhu 100oC, belum lagi banyak orang merokok, rasanya pusing tujuh keliling.

Pemandangan yang sama pun terlihat di pinggiran kota, banyak sekali rumah-rumah gelandangan yang sangat kumuh, tak terawat dan kotor. Di salah satu rumah lantainya hanya dari tanah liat, kayu-kayu penopang rumah sudah lapuk dimakan rayap, atapnya hanya dari anyaman daun lontar, belum lagi dinding rumahnya yang berlubang karena termakan usia.

Di teras rumah itu duduk seorang lelaki tua yang sedang melamun, sepertinya sedang memikirkan sesuatu hal yang membuat ia nampak gelisah, lelaki itu berumur sekitar 30 tahunan bernama Parmin, ia sudah mempunyai seorang istri dan seorang anak, dan pekerjaannya sebagai pemulung sampah.

Tiba-tiba seorang lelaki paruh baya turun dari mobil sambil dikawal oleh bodyguard-bodyguard berbadan besar, lalu lelaki paruh baya itu berjalan menuju rumah lelaki tua dengan wajah yang amat sangat marah.

“Min, Parmin (dengan suara berteriak) kapan kamu mau ngelunasin hutang-hutang ini, sudah habis waktu untuk membayarnya.”

“Saya belum punya uang tuan” kata lelaki tua tersebut.

Kemudian lelaki paruh baya langsung menanggapi pernyataan tersebut dengan berkata
 “Belum punya uang, ya carilah, pokoknya aku kasih waktu 1 minggu untuk ngelunasi hutang-hutangmu”.

Dalam keadaan bingung dan gelisah, Parmin tersebut teringat akan istrinya yang sedang hamil tua, yang sebentar lagi akan melahirkan dan memerlukan biaya besar, belum lagi anaknya meminta uang untuk membayar uang sekolah.

Malam haripun tiba dengan diiringi suara nyanyian jangkrik, biasanya setiap malam Parmin mendapat tugas untuk meronda, malam itu Parmin mendapat tugas meronda bersama Bambang salah satu temannya, saat meronda, Parmin menceritakan masalah yang sedang dihadapinya, ia sangat bingung menghadapi masalah ini, si Bambang pun mengerti akan masalah untuk temannya.

“Min, gimana kalau kamu ikut bekerja bersama saya di pabrik, soalnya di pabrik sedang membutuhkan pekerja di bidang mesin, kamu mau tidak ??”  kata si bambang.

“Iya, Bang saya mau…” kata Parmin

Keesokan harinya si Parmin bersiap-siap dengan berpakaian rapi, dan sopan. Istrinya pun heran, ada acara apa pagi-pagi begini, kok sudah rapih.

“ada acara apa?” kata si istri.

 “oh tidak ada apa-apa, pokoknya hutang kita akan terlunasi !”. Kata si suami.

Akhirnya si Parmin pun pergi.Ia pun berangkat ke pabrik itu bersama Bambang, sesampainya di pabrik, Parmin pun diantarkan bambang ke atasannya, setelah berbincang-bincang lama. Parmin pun diterima bekerja di pabrik itu, tetapi ada satu hal yang belum dia ketahui. Dia akhir perbincangan itu atasannya memberi tahu bahwa ia bekerja di pabrik itu untuk menggantikan karyawan sebelumnya tidak bisa lagi bekerja lagi, karena mengalami kecelakaan saat bekerja.

Beberapa hari setelah si Parmin bekerja di pabrik itu, parmin berpikir.

“kalau saya mengalami kecelakaan kerja, berarti saya akan mendapat uang santunan, dan saya dapat melunasi hutang-hutang.”

Tanpa berpikir panjang lebar lagi, Parmin pun memasukkan tangannya ke dalam mesin yang sedang beroperasi.Ia pun dibawa ke rumah sakit, tapi ia tidak tahu apa yang sedang menimpa dirinya, dalam kondisi setengah sadar Parmin mendengar perbincangan istrinya dengan seseorang.

Maaf  bu, kami selaku karyawan dan pimpinan mohon maaf atas kecelakaan yang terjadi, kami mohon maaf juga perusahaan kami tidak dapat memberikan santunan kecelakaan kerja, sebab Bapak Parmin bekerja baru beberapa hari di pabrik.” Kata ibu perusahaan.

 Akhirnya hanya kesengsaraan yang didapat oleh keluarga Parmin, dimana dia tidak dapat melunasi hutang-hutangnya dan keluarganya menjadi kebingungan. Untung saja lelaki baya tersebut masih mau bernegosiasi dan memberi waktu tambahan untuk Parmin melunasi semua hutang-hutangnya.







0 komentar:

Posting Komentar