SALAH
PERHITUNGAN
Siang hari di kota besar, rasanya seperti di
neraka yang sangat panas, banyak asap kendaraan bermotor, di sana sini macet,
sumpek, banyak polusi udara. Rasanya seperti dipanggang di dalam oven bersuhu
100oC, belum lagi banyak orang merokok, rasanya pusing tujuh
keliling.
Pemandangan yang sama pun
terlihat di pinggiran kota, banyak
sekali rumah-rumah gelandangan yang sangat kumuh, tak terawat dan kotor. Di
salah satu rumah lantainya hanya dari tanah liat, kayu-kayu penopang rumah
sudah lapuk dimakan rayap, atapnya hanya dari anyaman daun lontar, belum lagi
dinding rumahnya yang berlubang karena termakan usia.
Di teras rumah itu duduk seorang lelaki tua yang
sedang melamun, sepertinya sedang memikirkan sesuatu hal yang membuat ia nampak gelisah, lelaki itu berumur sekitar 30 tahunan bernama Parmin, ia sudah mempunyai
seorang istri dan seorang anak, dan pekerjaannya sebagai pemulung sampah.
Tiba-tiba seorang lelaki paruh baya turun dari
mobil sambil dikawal oleh bodyguard-bodyguard berbadan besar, lalu lelaki paruh
baya itu berjalan menuju rumah lelaki tua dengan wajah yang amat sangat marah.
“Min,
Parmin (dengan suara berteriak) kapan kamu mau ngelunasin hutang-hutang ini,
sudah habis waktu untuk membayarnya.”
“Saya
belum punya uang tuan” kata lelaki tua tersebut.
Kemudian lelaki paruh baya langsung menanggapi pernyataan tersebut dengan berkata
“Belum punya uang, ya carilah, pokoknya aku
kasih waktu 1 minggu untuk ngelunasi hutang-hutangmu”.
Dalam keadaan bingung dan gelisah, Parmin
tersebut teringat akan istrinya yang sedang hamil tua, yang sebentar lagi akan
melahirkan dan memerlukan biaya besar, belum lagi anaknya meminta uang untuk
membayar uang sekolah.
Malam haripun tiba dengan diiringi suara
nyanyian jangkrik, biasanya setiap malam Parmin mendapat tugas untuk meronda,
malam itu Parmin mendapat tugas meronda bersama Bambang salah satu temannya,
saat meronda, Parmin menceritakan masalah yang sedang dihadapinya, ia sangat
bingung menghadapi masalah ini, si Bambang pun mengerti akan masalah untuk
temannya.
“Min,
gimana kalau kamu ikut bekerja bersama saya di pabrik, soalnya di pabrik sedang
membutuhkan pekerja di bidang mesin, kamu mau tidak ??” kata si bambang.
“Iya,
Bang saya mau…” kata Parmin
Keesokan harinya si Parmin bersiap-siap dengan
berpakaian rapi, dan sopan. Istrinya pun heran, ada acara apa pagi-pagi begini,
kok sudah rapih.
“ada
acara apa?” kata si istri.
“oh tidak ada apa-apa, pokoknya hutang kita
akan terlunasi !”. Kata si suami.
Akhirnya si Parmin pun pergi.Ia pun berangkat
ke pabrik itu bersama Bambang, sesampainya di pabrik, Parmin pun diantarkan
bambang ke atasannya, setelah berbincang-bincang lama. Parmin pun diterima
bekerja di pabrik itu, tetapi ada satu hal yang belum dia ketahui. Dia akhir
perbincangan itu atasannya memberi tahu bahwa ia bekerja di pabrik itu untuk
menggantikan karyawan sebelumnya tidak bisa lagi bekerja lagi, karena mengalami
kecelakaan saat bekerja.
Beberapa
hari setelah si Parmin bekerja di pabrik itu, parmin berpikir.
“kalau
saya mengalami kecelakaan kerja, berarti saya akan mendapat uang santunan, dan
saya dapat melunasi hutang-hutang.”
Tanpa berpikir
panjang lebar lagi, Parmin
pun memasukkan tangannya ke dalam mesin yang sedang beroperasi.Ia pun dibawa ke rumah sakit, tapi ia tidak tahu
apa yang sedang menimpa dirinya, dalam kondisi setengah sadar Parmin mendengar
perbincangan istrinya dengan seseorang.
“Maaf bu, kami selaku karyawan dan
pimpinan mohon maaf atas kecelakaan yang terjadi, kami mohon maaf juga
perusahaan kami tidak dapat memberikan santunan kecelakaan kerja, sebab Bapak
Parmin bekerja baru beberapa hari di pabrik.” Kata ibu perusahaan.
Akhirnya hanya kesengsaraan
yang didapat oleh keluarga Parmin, dimana dia tidak dapat melunasi
hutang-hutangnya dan keluarganya menjadi kebingungan. Untung saja lelaki baya
tersebut masih mau bernegosiasi dan memberi waktu tambahan untuk Parmin
melunasi semua hutang-hutangnya.
0 komentar:
Posting Komentar